Waralaba Kopi dan Makanan Indonesia Laris di Asia Tenggara
Di tengah gempuran globalisasi kuliner, waralaba makanan dan minuman asal Indonesia justru kian bersinar di kawasan Asia Tenggara. Sejumlah merek lokal seperti Kopi Kenangan, Es Teh Indonesia, Geprek Bensu, hingga Ayam Blenger PSP mencatatkan pertumbuhan agresif dengan ekspansi regional ke Malaysia, Singapura, Thailand, hingga Filipina.
Cita rasa otentik Indonesia menjadi daya tarik utama waralaba kuliner asal Tanah Air. Rasa khas ini terbukti mudah diterima oleh lidah konsumen Asia Tenggara. Selain itu, model bisnis waralabanya terstruktur dan mudah direplikasi. Menu seperti kopi susu gula aren, ayam geprek, dan nasi sambal bawang bahkan menjadi simbol semangat “lokal rasa global.”
Kopi Kenangan: Strategi Ekspansi Berani

Salah satu contoh sukses datang dari Kopi Kenangan, yang baru-baru ini mengumumkan ekspansinya ke India, Australia, dan Taiwan, namun sebelumnya telah mencatat kesuksesan di Malaysia dan Singapura. Dalam wawancaranya dengan SWA (2025), CEO Edward Tirtanata menyatakan bahwa mereka menargetkan 2.500 gerai global dalam jangka menengah.
Model bisnis mereka berbasis teknologi mulai dari pemesanan digital, loyalty app, hingga sistem operasional berbasis data memungkinkan efisiensi yang mendukung pertumbuhan pesat.
Baca Juga: Kopi Tuku Resmi Ekspansi ke Amsterdam dan Bali
Es Teh Indonesia & Ayam Geprek: Ikon Waralaba Generasi Baru
Es Teh Indonesia, yang hadir dengan konsep kemitraan dan manajemen terpusat, juga telah menjejakkan kaki di luar negeri. Keduanya menargetkan pertumbuhan di pasar Asia yang memiliki karakteristik konsumen serupa dengan Indonesia, khususnya untuk produk minuman manis berbasis teh.
Geprek Bensu, dengan lebih dari 100 outlet di Indonesia, juga telah membuka cabang di Malaysia dan Hong Kong. Merek ini menunjukkan bagaimana branding kuat dari figur publik (Ruben Onsu) bisa mempercepat penetrasi pasar internasional.
Faktor Pendorong: Budaya Serumpun & Efek Diaspora
Keberhasilan ini tak lepas dari kedekatan budaya di Asia Tenggara, baik dari sisi selera makanan, kebiasaan nongkrong di kedai kopi, maupun bahasa pemasaran yang mudah disesuaikan. Diaspora Indonesia di Malaysia dan Singapura pun menjadi target pasar awal yang efektif sebelum menjangkau konsumen lokal setempat.
Selain itu, banyak pengusaha muda dari Indonesia memanfaatkan model franchise fee terjangkau dan margin yang kompetitif, sehingga mempermudah ekspansi tanpa harus investasi besar.
Tantangan: Adaptasi Menu & Regulasi Lokal
Meski peluang besar terbuka, pelaku usaha tetap dihadapkan pada tantangan seperti:
-
Regulasi impor bahan baku & sertifikasi halal
-
Adaptasi resep dengan selera lokal
-
Persaingan ketat dari brand lokal dan internasional
Namun, pelaku franchise yang mampu menjaga kualitas produk, operasional efisien, dan storytelling yang kuat tetap bisa bersaing di pasar Asia Tenggara yang dinamis.
Potensi Masa Depan: Waralaba Makanan Indonesia Mendunia?
Melihat tren saat ini, tak menutup kemungkinan bahwa kuliner Indonesia bisa menyaingi dominasi kuliner Thailand dan Korea di kancah global. Apalagi pemerintah melalui Kemenparekraf mendorong penguatan gastronomi nasional sebagai identitas budaya ekspor non-migas.
Dengan kombinasi antara kekuatan rasa lokal, model bisnis modern, dan dorongan digitalisasi, waralaba makanan dan minuman Indonesia tengah menuju panggung global. Asia Tenggara baru permulaan.
Baca Juga: Ingin Usaha Tapi Modal Kecil? Trend Bisnis Penyewaan Bisa Jadi Jawaban
Kolaborasi Lokal-Internasional: Model Kemitraan yang Fleksibel
Menariknya, beberapa waralaba kopi dan makanan Indonesia juga mulai menerapkan strategi joint venture dengan investor lokal di negara tujuan ekspansi. Model ini terbukti efektif dalam mempercepat adaptasi operasional, memahami preferensi konsumen setempat, dan menghadapi regulasi perdagangan makanan dan minuman yang berbeda di tiap negara.
Misalnya, Janji Jiwa, salah satu jaringan kopi kekinian asal Indonesia, menjalin kolaborasi dengan mitra lokal di Singapura untuk membuka cabang dengan branding dan menu yang disesuaikan. Pendekatan ini memungkinkan mereka menjaga identitas Indonesia sambil tetap relevan di pasar luar negeri. Dalam laporan dari Katadata Insight Center, pendekatan adaptif seperti ini menjadi kunci keberhasilan ekspansi regional brand lokal di era post-pandemic.

One thought on “Waralaba Kopi dan Makanan Indonesia Laris di Asia Tenggara”