P&G PHK 7000 Karyawan Global, Perang Dagang Jadi Pemicu Utama
4 mins read

P&G PHK 7000 Karyawan Global, Perang Dagang Jadi Pemicu Utama

Raksasa produk konsumer asal Amerika Serikat, Procter & Gamble (P&G), mengumumkan rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 7.000 karyawan secara global. Langkah ini merupakan bagian dari strategi efisiensi menyusul tekanan signifikan dari meningkatnya tensi perang dagang, terutama antara AS dan negara-negara mitra dagangnya seperti Tiongkok dan negara di kawasan Asia.

Keputusan ini diumumkan pada Juni 2025 dan menjadi salah satu langkah restrukturisasi terbesar yang dilakukan P&G dalam satu dekade terakhir.

Perang Dagang dan Tarif Tinggi Jadi Penyebab Utama

P&G PHK 7000 Karyawan Global, Perang Dagang Jadi Pemicu Utama. (Foto: Ilustrasi)

Salah satu pemicu utama PHK ini adalah efek domino dari kebijakan tarif tinggi yang diterapkan pemerintah AS terhadap berbagai produk impor, termasuk bahan baku utama bagi industri barang konsumen cepat saji (FMCG). Kenaikan tarif ini berdampak langsung pada biaya produksi P&G yang meningkat tajam, sehingga menekan margin keuntungan.

P&G juga menghadapi perlambatan permintaan di pasar internasional, terutama di wilayah Asia dan Amerika Latin. Hal ini memperburuk tekanan yang sudah dihadapi akibat biaya logistik yang melonjak pasca pandemi dan ketidakpastian geopolitik global.

Baca Juga: Bisnis Media Terpuruk, PHK Mencapai 30% di 2025: Apa Solusi di Era Digital?

Dampak Langsung bagi Operasional Global P&G

PHK 7.000 karyawan ini akan dilakukan secara bertahap, dengan fokus pada divisi yang dianggap kurang produktif atau terdampak paling besar oleh kenaikan biaya operasional. P&G menyatakan bahwa efisiensi ini akan membantu mereka menyelamatkan hingga USD 1,5 miliar dalam anggaran tahunan.

Sebagian besar PHK dikabarkan akan terjadi di sektor manufaktur dan supply chain, termasuk pabrik-pabrik yang berlokasi di Asia Tenggara dan Amerika Selatan. Di sisi lain, P&G berusaha mempertahankan tim riset dan pengembangan, yang dianggap sebagai jantung inovasi perusahaan.

Respons Pasar dan Analis

Menanggapi pengumuman ini, saham P&G sempat mengalami volatilitas di bursa Wall Street. Analis dari JP Morgan menyebut langkah ini sebagai “rasionalisasi sumber daya”, namun juga memperingatkan bahwa dampak jangka pendeknya bisa memengaruhi reputasi merek dan kestabilan pasokan di pasar berkembang.

“Jika tidak diikuti strategi pemulihan yang jelas, PHK ini bisa mengganggu distribusi produk-produk utama mereka seperti Pampers, Pantene, hingga Gillette di pasar Asia,” kata analis ekonomi global, Thomas Berger.

Industri FMCG dalam Tekanan

Keputusan P&G ini tidak berdiri sendiri. Beberapa pesaing seperti Unilever dan Colgate-Palmolive juga dilaporkan tengah meninjau ulang struktur operasional mereka akibat tekanan ekonomi global. Tahun 2024 dan awal 2025 memang menjadi periode yang menantang bagi sektor FMCG, terutama dengan inflasi tinggi dan daya beli konsumen yang menurun di berbagai negara berkembang.

Tren efisiensi ini juga mencerminkan pergeseran strategi global perusahaan multinasional, yang mulai mengurangi ketergantungan pada ekspansi fisik dan lebih fokus pada digitalisasi, e-commerce, serta otomatisasi supply chain.

Apa Dampaknya bagi Indonesia?

Meski belum ada pernyataan resmi mengenai dampak langsung ke unit P&G di Indonesia, langkah global ini memicu kekhawatiran di kalangan pekerja industri FMCG lokal. Asosiasi Serikat Pekerja Nasional (ASPN) mengimbau pemerintah untuk meningkatkan pengawasan terhadap PHK masif oleh perusahaan multinasional.

“Langkah ini bisa menjadi sinyal bahaya bagi perekonomian nasional yang cukup bergantung pada investasi dan operasional perusahaan global seperti P&G,” ujar Ketua ASPN dalam siaran pers terbaru.

Efisiensi atau Sinyal Krisis?

PHK 7.000 karyawan oleh P&G menjadi penanda bahwa perang dagang dan ketidakpastian global bukan hanya isu politik, tetapi berdampak nyata pada industri dan lapangan kerja. Ke depan, perusahaan seperti P&G perlu menyeimbangkan efisiensi bisnis dengan keberlanjutan dan keadilan sosial dalam operasionalnya.

Langkah ini juga menjadi peringatan bagi pemerintah dan pelaku usaha untuk lebih adaptif terhadap dinamika ekonomi global, sembari memastikan perlindungan bagi pekerja lokal yang terdampak.

Baca Juga: Dominasi Big Tech: 4 Dampak Utama bagi Infrastruktur Digital RI

Langkah Strategis Selanjutnya dari P&G

Untuk menavigasi tantangan ini, P&G juga mengumumkan akan mempercepat investasi di bidang teknologi otomatisasi dan digitalisasi operasional. Perusahaan mulai mengalihkan fokus pada penggunaan kecerdasan buatan (AI) dan analitik data untuk memperkuat proses rantai pasok serta memaksimalkan efisiensi di lini produksi. Selain itu, strategi distribusi juga akan dirombak dengan memperbesar peran kanal digital dan direct-to-consumer untuk menyesuaikan perilaku konsumen pasca pandemi. Inisiatif ini diharapkan mampu meningkatkan ketahanan bisnis P&G terhadap fluktuasi global dan menurunkan ketergantungan pada pasar-pasar yang terdampak perang dagang.

One thought on “P&G PHK 7000 Karyawan Global, Perang Dagang Jadi Pemicu Utama

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *