Growth Marketing Tanpa Data? Ini Risikonya
4 mins read

Growth Marketing Tanpa Data? Ini Risikonya

Growth marketing kini menjadi pendekatan andalan banyak bisnis untuk meningkatkan pertumbuhan secara cepat dan berkelanjutan. Dibandingkan pemasaran tradisional, growth marketing fokus pada eksperimen berulang, validasi berbasis data, dan optimalisasi funnel pelanggan. Namun, yang sering terlupakan strategi ini tidak bisa berjalan tanpa data. Bahkan, mencoba growth marketing tanpa data justru berisiko besar bagi bisnis.

Apa Itu Growth Marketing?

Growth Marketing Tanpa Data? Ini Risikonya. (Foto: Ilustrasi)

Growth marketing bukan sekadar promosi atau branding. Ini adalah pendekatan berbasis eksperimen yang mengandalkan data untuk mengoptimalkan setiap tahap dalam customer journey dari akuisisi hingga retensi. Praktiknya melibatkan A/B testing, analisis funnel, hingga retargeting berbasis perilaku konsumen.

Strategi ini seharusnya berakar pada data pengguna, perilaku pelanggan, kinerja kampanye, dan insight real-time. Tanpa data, growth marketing kehilangan arah, dan keputusan bisnis menjadi spekulatif.

Baca Juga: DJP Rilis Genta, Aplikasi Wajib untuk Permudah Pelaporan Pajak Perusahaan

Risiko Growth Marketing Tanpa Data

1. Salah Menentukan Target Audiens

Tanpa data, Anda rentan salah dalam mengenali siapa target terbaik dari produk Anda. Anda mungkin membuang banyak anggaran ke iklan yang tidak relevan, atau membuat konten yang tidak resonate dengan calon pelanggan. Ini menyebabkan tingginya biaya akuisisi dan rendahnya konversi.

2. Gagal Mengukur Performa Kampanye

Salah satu kekuatan growth marketing adalah kemampuan untuk cepat belajar dan beradaptasi. Tapi tanpa data, Anda tidak bisa mengetahui mana kampanye yang berhasil dan mana yang harus dihentikan. Return on Investment (ROI) jadi tidak terukur dan keputusan bisnis jadi spekulatif.

3. Tidak Ada Validasi Produk

Growth marketing sering digunakan untuk menguji fitur atau penawaran baru. Tanpa data, validasi pasar menjadi tidak objektif. Anda bisa saja mengembangkan fitur yang ternyata tidak dibutuhkan pasar, dan akhirnya hanya membuang sumber daya.

4. Tidak Bisa Melakukan Iterasi Cepat

Data memungkinkan tim growth untuk iterasi cepat menganalisis hasil eksperimen dan segera memperbaikinya. Tanpa data, iterasi jadi lambat dan berbasis tebakan, yang membuat bisnis Anda kalah gesit dibanding kompetitor yang berbasis data.

Studi Kasus: Kopi Kenangan dan Ekspansi Berbasis Data

Studi Kasus: Kopi Kenangan dan Ekspansi Berbasis Data. (Foto: Ilustrasi)

Salah satu contoh nyata bagaimana pengambilan keputusan berbasis data mendorong pertumbuhan agresif adalah Kopi Kenangan. Brand kopi ini tengah memperluas jangkauan ke India, Australia, dan Taiwan, dengan target ambisius membuka 2.500 outlet dalam jangka menengah.

Keputusan ini bukan tanpa data. Ekspansi Kopi Kenangan didasari pada:

  • Riset tren konsumsi kopi di kawasan Asia-Pasifik

  • Insight perilaku konsumen muda urban di negara target

  • Data performa outlet yang sudah sukses di Indonesia dan pasar regional

Dengan dukungan sistem digital dan teknologi, Kopi Kenangan mampu menganalisis lokasi strategis, preferensi rasa, hingga pola belanja pelanggan. Ini menunjukkan bahwa growth marketing yang agresif harus dibangun di atas fondasi data yang kuat agar terukur dan scalable.

Baca Juga: Kopi Tuku Resmi Ekspansi ke Amsterdam dan Bali

Bangun Growth Strategy yang Berbasis Data

Kesalahan umum lainnya adalah membentuk tim growth tanpa memberikan alat dan data yang mereka butuhkan. Banyak bisnis sudah memiliki tim marketing digital, namun tidak membekali mereka dengan akses ke data pelanggan, analytics tools, atau dashboard funnel.

Hasilnya, eksperimen jadi lambat, laporan tidak akurat, dan keputusan pun mandek. Untuk menghindari ini:

  • Gunakan alat seperti Google Analytics, Mixpanel, atau Looker Studio

  • Bangun data pipeline sederhana agar semua tim bisa mengakses metrik penting

  • Lakukan pelatihan internal agar tim bisa membaca dan memanfaatkan data secara mandiri

Menurut Harvard Business Review (2023), perusahaan yang berbasis data mencatat peningkatan efisiensi hingga 33% lebih tinggi dibanding perusahaan yang tidak memiliki sistem data yang matang.

Efek Jangka Panjang: Kehilangan Kepercayaan Pasar

Jika growth marketing dijalankan tanpa data, masalah jangka panjangnya lebih serius: kehilangan kepercayaan dari pasar dan stakeholder.

Saat pelanggan menerima pesan pemasaran yang tidak relevan, melihat fitur produk yang tidak dibutuhkan, atau merasakan perubahan arah brand yang membingungkan, mereka mulai meragukan konsistensi brand Anda. Bahkan investor atau mitra bisnis pun akan mempertanyakan strategi yang tidak didasarkan pada angka.

Menurut laporan Think with Google (2024), 62% pelanggan lebih memilih brand yang “memahami kebutuhan mereka” dan itu hanya mungkin jika Anda memiliki data yang tepat tentang perilaku dan preferensi mereka. Kepercayaan itu mahal. Dan sekali hilang, sulit untuk dipulihkan.

Kesimpulan

Growth marketing tanpa data bukan hanya tidak efektif tapi juga berisiko. Anda bisa kehilangan arah, menghabiskan anggaran tanpa hasil, hingga kehilangan momentum pertumbuhan. Bangun fondasi data sejak awal, karena dalam dunia pemasaran modern, data bukan lagi pelengkap tapi sebagai bahan bakar utama.

2 thoughts on “Growth Marketing Tanpa Data? Ini Risikonya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *