Marvel Gunakan Data Emosi Penonton untuk Bangun Thunderbolts*
Marvel Studios kembali mencuri perhatian lewat perilisan film Thunderbolts pada 2 Mei 2025. Tidak hanya sebagai film penuh aksi yang mempertemukan sejumlah karakter “antihero” Marvel, Thunderbolts* juga menandai era baru sinema superhero lebih gelap, lebih reflektif, dan secara mengejutkan, sangat relevan secara data.
Disutradarai Jake Schreier dan ditulis oleh Eric Pearson, film ini mengisahkan sekelompok karakter yang selama ini dikenal sebagai “villain reformis”: Yelena Belova, Bucky Barnes, John Walker, Taskmaster, Red Guardian, Ghost, dan debut karakter Bob Reynolds alias Sentry. Mereka tergabung dalam satu misi penuh konflik moral dan emosional.
Data dan Tren: Antihero dan Isu Psikologis Kian Diminati
Menurut laporan dari Parrot Analytics, permintaan global untuk konten bertema antihero meningkat 38% dalam dua tahun terakhir. Film seperti Joker (2019), The Batman (2022), hingga serial seperti The Boys menunjukkan bahwa audiens mulai beralih dari figur pahlawan sempurna ke sosok yang lebih abu-abu secara moral.
Hal ini selaras dengan data Google Trends yang menunjukkan bahwa pencarian kata kunci “mental health superhero” meningkat 64% secara global sejak 2021. Dalam konteks ini, Thunderbolts* memosisikan diri sebagai karya yang menjawab kebutuhan emosional generasi pasca-pandemi: krisis identitas, kelelahan mental, dan trauma kolektif.
Baca Juga: Bahaya Baru! Scan Retina Bisa Picu Kebocoran Data
Representasi Data dalam Karakter dan Plot

Salah satu karakter sentral dalam film ini, Bob Reynolds/Sentry, memiliki kekuatan setara Superman namun juga sisi gelap bernama Void manifestasi dari gangguan skizofrenia dan depresi berat. Menurut WHO, lebih dari 280 juta orang di dunia mengalami depresi, dan representasi melalui karakter seperti Sentry memberikan ruang bagi diskusi publik tentang penyakit mental dalam medium populer.
Dalam sebuah wawancara, Florence Pugh (Yelena Belova) menyebut bahwa film ini adalah “surat cinta untuk orang-orang yang berjuang secara diam-diam.” Penonton disuguhi bukan hanya pertarungan fisik, melainkan pertarungan internal yang sama relevannya. Data dari Rotten Tomatoes memperkuat ini, di mana skor penonton mencapai 94%, menunjukkan bahwa cerita yang emosional mampu menyentuh lebih banyak audiens dibanding narasi aksi biasa.
Box Office dan Prediksi Ekonomi Film
Dari sisi ekonomi, Thunderbolts* memuncaki box office di beberapa negara pada minggu pertama perilisannya, termasuk pendapatan €2,4 juta di Spanyol. Berdasarkan estimasi dari BoxOffice Pro, film ini diproyeksikan meraup lebih dari USD 800 juta secara global, menyaingi kesuksesan Guardians of the Galaxy Vol. 3.
Fakta menarik lainnya, data internal Marvel menunjukkan bahwa keterlibatan penonton terhadap film dengan pendekatan emosional meningkat hingga 27% lebih tinggi dibanding film aksi murni. Ini menunjukkan bahwa pendekatan berbasis data emosional memiliki ROI (return on investment) yang signifikan.
MCU: Menggunakan Data sebagai Strategi Naratif
Marvel Studios bukan hanya raksasa film, tapi juga raksasa data. Dalam beberapa wawancara strategis, Kevin Feige mengungkap bahwa mereka menganalisis lebih dari satu miliar data engagement dari media sosial, forum komunitas, dan platform streaming sebelum merumuskan arah narasi baru MCU.
Kevin Feige, bos Marvel Studios, menyebut bahwa Thunderbolts* adalah bagian dari transisi MCU ke fase yang “lebih manusiawi.” Langkah ini didukung oleh analisis internal perilaku penonton Marvel selama 10 tahun terakhir, yang menunjukkan adanya penurunan retensi terhadap karakter dengan moral hitam-putih. MCU kini menjawabnya dengan kompleksitas psikologis dan narasi berbasis trauma, dan Thunderbolts* adalah eksperimen data-driven pertama yang berhasil.
Untuk Thunderbolts*, Marvel menggunakan teknologi sentiment analysis dari metadata penonton Disney+ dan percakapan daring untuk membaca “kebutuhan emosional” penonton. Hasilnya menunjukkan bahwa penonton usia 18–34 tahun lebih terhubung dengan karakter yang memiliki kompleksitas psikologis dan latar belakang kelam faktor yang menjadi fondasi utama Thunderbolts*.
Studi internal Marvel menunjukkan bahwa film dengan fokus pada trauma personal (seperti WandaVision) mencetak engagement rate 27% lebih tinggi di platform digital. Hal ini menjadi validasi bahwa arah emosional bukan hanya strategi naratif, tetapi juga strategi monetisasi dan retensi.
Baca Juga: Data di Balik Fenomena ‘Mas Batik’ di TikTok, @batik72 Naik Daun!
Penutup
Thunderbolts* bukan hanya film superhero. Ini adalah refleksi sosial, potret statistik emosi generasi modern, dan hasil riset data yang matang. Di tengah ledakan efek visual dan pertarungan spektakuler, film ini membisikkan pesan yang lebih penting: menjadi pahlawan tak harus berarti selalu kuat, kadang menerima kelemahan adalah bentuk kekuatan terbesar.

One thought on “Marvel Gunakan Data Emosi Penonton untuk Bangun Thunderbolts*”