Tupperware Tutup Setelah 33 Tahun Beroperasi di Indonesia
Setelah 33 tahun hadir di dapur dan meja makan keluarga Indonesia, Tupperware resmi menghentikan operasional bisnisnya di Tanah Air sejak 31 Januari 2025. Pengumuman ini disampaikan melalui akun Instagram resmi Tupperware Indonesia pada April 2025, sebagai bagian dari langkah restrukturisasi global perusahaan asal Amerika Serikat tersebut.
Penutupan ini tidak hanya mengejutkan konsumen setia, tetapi juga menjadi cerminan tantangan besar yang dihadapi merek-merek legendaris dalam beradaptasi dengan era digital dan dinamika pasar global. Inilah faktor utama yang menyebabkan Tupperware tutup beroperasi dan mundur dari pasar Indonesia.
Model Bisnis Tradisional yang Ketinggalan Zaman

Hingga tahun 2023, sekitar 90% penjualan Tupperware masih mengandalkan metode penjualan langsung melalui jaringan reseller atau “Tupperware Ladies”. Pendekatan ini kurang efektif di era digital, saat konsumen lebih memilih e-commerce yang lebih mudah dan cepat. Tupperware baru secara aktif masuk pasar online pada 2022 lewat Amazon, terlambat dibanding pesaing yang sudah lebih dulu menguasai pasar digital.
Beban Utang yang Membengkak
Perusahaan induk Tupperware di AS menghadapi krisis keuangan serius, dengan total utang melebihi USD 700 juta atau sekitar Rp10,85 triliun. Situasi ini diperparah oleh persyaratan pinjaman yang memberatkan, di mana pemberi pinjaman memiliki hak untuk menyita aset penting perusahaan, termasuk kekayaan intelektualnya. Pada September 2024, Tupperware mengajukan permohonan kebangkrutan sebagai upaya terakhir untuk menyelamatkan bisnisnya.
Baca Juga: Strategi Indonesia Hadapi Tarif Impor AS 32%, Ancaman Baru?
Perubahan Perilaku Konsumen dan Kesadaran Lingkungan
Perubahan gaya hidup dan meningkatnya kesadaran akan dampak lingkungan membuat konsumen lebih selektif dalam memilih produk. Produk plastik, termasuk Tupperware, mulai ditinggalkan karena dianggap tidak ramah lingkungan. Selain itu, munculnya berbagai alternatif wadah makanan yang lebih praktis dan modern turut menggeser preferensi konsumen dari produk-produk Tupperware.
Tekanan Ekonomi Makro dan Kenaikan Biaya Produksi
Setelah pandemi COVID-19, Tupperware menghadapi tantangan ekonomi global, termasuk inflasi, kenaikan suku bunga, dan meningkatnya biaya bahan baku seperti resin plastik. Kondisi ini menyebabkan margin keuntungan perusahaan menurun drastis, sementara permintaan pasar juga mengalami penurunan.
Penutupan di Indonesia: Dampak dan Refleksi
Tupperware tutup operasional di Indonesia sebagai bagian dari restrukturisasi global dan penghentian bisnis di banyak negara. Dalam pernyataan resminya, manajemen Tupperware Indonesia menyampaikan terima kasih kepada masyarakat Indonesia atas dukungan selama 33 tahun terakhir.
Kisah Tupperware menjadi pelajaran berharga bagi pelaku bisnis lainnya tentang pentingnya adaptasi terhadap perubahan pasar dan teknologi. Ketidakmampuan untuk berinovasi dan mengikuti tren konsumen dapat menyebabkan merek besar sekalipun kehilangan relevansi dan akhirnya tersingkir dari persaingan.
Baca Juga: Strategi Sukses ParagonCorp di Industri Kecantikan
Kesimpulan
Bangkrutnya Tupperware di Indonesia menandai akhir dari era sebuah merek yang pernah menjadi simbol kepraktisan dan kualitas dalam menyimpan makanan. Namun, ini jadi pengingat bahwa adaptasi dan inovasi menjadi kunci bertahan di dunia bisnis yang terus berubah.

2 thoughts on “Tupperware Tutup Setelah 33 Tahun Beroperasi di Indonesia”